Bergabung ke dalam keluarga besar PERSIB mengalir seperti air bagi seorang Zulkarnaen. Dilatar-belakangi rasa cinta dan kesetian terhadap sepakbola dan Maung Bandung membuatnya bertahan selama 17 tahun.
Ajun--sapaan akrab Zulkarnaen -- bercerita, sosok pelatih asal Polandia, Marek Andrzej Sledzianowski menjadi figur utama yang membawanya ke PERSIB. Saat itu ia merasa tersanjung dengan kepercayaan tersebut.
"Selesai di Porda, Marek (Sledzianowski) pegang Persib dan butuh tenaga saya. Ya ikut saja karena ini kan kepercayaan," kata Ajun.
Setelah itu pasang-surut prestasi PERSIB pun terjadi. Ajun tak peduli di titik terendah mana atau di langit mana PERSIB sedang berjaya. Selama ia masih dipercaya menjadi bagian di tim kebanggaan warga Jawa Barat ini, selama itu juga setiap tetes keringatnya dipersembahkan untuk Maung Bandung.
"Kita enggak lihat apa lagi terpuruk atau di atas, selama tenaga masih dipakai ya jalani saja dengan loyal," ujarnya dengan sederhana.
Di antara sulitnya menjadi seorang tenaga umum tim PERSIB, kenangan akan juara Liga Super Indonesia tahun 2014 dan Piala Presiden 2015 yang tak pernah hilang di dalam kepala plontosnya itu.
Ia sempat terpaku tak percaya usai bek tengah PERSIB saat itu, Achmad Jufriyanto menuntaskan tugasnya sebagai algojo adu penalti. Setelah itu, rasa syukur pun Ajun panjatkan.
"Sempat diam dulu, tak percaya, karena PERSIB waktu itu jadi juara setelah 19 tahun," pungkasnya.***