Mohamad Rafi Ghani ialah dokter tim PERSIB yang telah mengabdi sejak tahun 2009. Sudah banyak suka duka yang ia alaminya bersama Maung Bandung.
Salah satu kisah sukanya adalah kala PERSIB keluar sebagai kampiun di kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2014, silam. Ia merupakan bagian dari kesuksesan tersebut.
Awalnya, ia tak pernah menyangka akan berkarier menjadi dokter untuk salah satu tim sepakbola terbesar di Indonesia. Namun, tawaran dari seorang rekan sejawat secara tiba-tiba menghampiri dirinya.
Berkat dukungan dari sang istri dan teman dekat, ia pun mengambil tantangan itu sampai dengan hari ini.
“Saya ingat, saat itu hari Jumat tahun 2009, saya dihubungi sekretaris tim, Yudiana diminta untuk menjadi Dokter tim PERSIB. Di situ saya kaget, karena belum pernah terbayang menangani sebuah tim sepakbola. Lalu saya memberi kabar kepada istri, malah istri memberikan support. Dan saya langsung mengiyakan untuk bergabung,” kenang Rafi.
Perlu perjuangan untuk mendapatkan status dokter tim. Pasalnya, setiap dokter tim sebuah klub sepakbola profesional haruslah memiliki lisensi sebagaimana regulasi yang berlaku. Tak berpikir panjang, ia pun bertolak ke Jakarta untuk mendapatkan lisensi itu.
“Saat itu manajernya Pak Haji Umuh Muchtar dan pelatihnya Jaya Hartono,” tambah pria yang pernah mengenyam pendidikan di Ilmu Kedokteran Universitas Kristen Maranatha itu.
Dalam bertugas Rafi menemui banyak tantangan serta rintangan. Seperti halnya berusaha memahami pemain saat mengobati atau memulihkan cedera. Namun dengan latar belakang sebagai dokter atlet Boxing dan Gulat, Rafi mengaku lebih cepat beradaptasi.
“Karena saya punya latar belakang di kegiatan olahraga sebelumnya. Jadi cukup punya pengalaman. Memang awal-awal bergabung agak canggung karena belum begitu kenal dengan tim. Dan Alhamdulilah sampai saat ini dipercaya pegang Dokter PERSIB,” jelasnya.
Pria kelahiran Bandung, 10 Juli 1969 itu juga menambahkan dirinya siap mengabdikan diri buat tim yang saat ini sangat ia cintai. Selama PERSIB masih membutuhkan dirinya, ia siap sedia untuk bekerja.
“Saya akan mengabdikan untuk PERSIB selama saya dikasih kesehatan. Saya selalu siap menjalankan pekerjaan saya sebagai dokter tim. Kalau kinerja saya masih dipakai dan masih dibutuhkan, Insya Allah saya selalu bersedia,” tuturnya.***