Kompetisi sepakbola di Indonesia dalam waktu dekat akan kembali bergulir setelah tertidur satu tahun akibat pandemi Covid-19. Sebab, izin kepolisian yang tak didapat pada musim lalu sudah resmi dikeluarkan, tepat satu hari sebelum peringatan Hari Lahir Pancasila.
Boleh jadi, ini momen pas. Sebab, sepakbola bisa menjadi media sosialisasi penanaman niai-nilai Pancasila. Banyak hal positif yang dapat dipetik dari olahraga 11 lawan 11 orang tersebut. Terlebih, banyak klub sepakbola Indonesia muncul dari gerakan perlawanan terhadap penjajahan, tak kecuali PERSIB.
Nilai positif sepakbola yang dapat dipetik dan selaras dengan Pancasila adalah sportivitas hingga persatuan dan kesatuan. Nilai itu yang selalu digaungkan oleh pemerintah.
Contohnya, saat satu tim bertanding, tak ada lagi memadang ras, suku agama mana yang bertanding. Bahkan, sepakbola memerangi isu rasisme secara besar-besaran.
Saat Tim Nasional bertanding, semua bersatu, tak pandang siapa dan dari mana pemain itu berasal. Suporter fokus memberikan semangat kepada timnas untuk meraih kemenangan. Hal itu menunjukan nilai nasionalisme tinggi dilakukan insan sepakbola.
Bahkan, sebuah kebanggaan bagi pemain yang bisa membela Indonesia menjadi bagian Timnas untuk tampil mengalahkan negara lain. Hal yang mungkin tak berbeda jauh dengan semangat pahlawan, membawa kemenangan buat Indonesia, meskipun dengan cara yang berbeda dilakukan seorang pesepakbola.
Semoga momen saat ini bisa lebih menanamkan kembali keserasian sepkabola dan nilai-nilai Pancasila, sehingga menjadi titik awal kembali bangkitnya sepakbola di Tanah Air. ***
M. Jatnika Sadili